BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemahaman individu dan masyarakat dalam mengerti PMS sangat minim.
Padahal di zaman yang berkembang ini sudah cukup banyak perantara untuk
menyampaikan informasi secara berkala dan meluas. Bagi individu-individu yang mengetahui
dampak ataupun pehaman PMS secara menyeluruh pun tidak memperhatikan lagi
konsekuensinya. Mereka cenderung acuh tak acuh dan selalu merasa menyesal saat
penyakit itu telah becongkol dalam tubuhnya.
Banyaknya mahasiswa yang ada di Papua ini, dengan jumlah yang fantastis
tidak jarang dari mereka berasal dari luar kota dan mendiami kota jayapura
dengan tinggal di rumah kamar sewa,
rumah kamar sewa yang ada di jayapura ini tidak jarang kurang memberi peraturan
jam malam dan jam berkunjung, sehingga banyak warga rumah kamar sewa yang
memasukkan tamu mereka dalam kamar secara langsung. Mahasiswa yang kurang
memahami pentignya menajga diri dan tata krama cenderung akan memasukkan teman
yang lawan jenis sehingga tidak menutup kemungkina terjadi hal-hal yang tidak
kita inginkan.
Dalam makalah ini kami harap kami dapat memberi sedikit pembukaan
pengetahuan yang lebih dalam tentang pentingnya tidak melakukan seks bebas,
keprihatinan kami pada kalangan mahasisiwa yang merupakan kaum terpelajar namun
tidak sedikit pula yang tidak menggubris adanya penyakit ini dan kebayakan pula
dari mereka dengan sukarala melakukan seks (oral) yang menurut mereka seks
aman.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa itu PMS?
2.
Bagaimana penularan PMS di kalangan mahasiswa?
3.
Apa saja jenis-jenis PMS?
4.
Bagaimana pencegaha PMS di kalangan mahasiswa?
C. Manfaat
Secara kasat mata kita dapat memahami manfaat
dari pembelajaran materi ini yaitu menambah wawasan agar kita lebih bisa
menjaga diri dengan baik agar terhindar dari PMS, dan sebagai mahasiswa yang
lebih mengetahui tetang PMS ini hendaknya kita dapat membantu kaum masyrakat
yang belum mengetahui tentang informasi PMS tersebut.
D.
Tujuan
Terdapat dua tujauan dalam pembuatan makalah
ini, yaitu tujuan khusus dan tujuan umum.
1.
Tujuan khusus
-
Menambah pengetahuan
-
Member inforamsi agar perluasan PMS dapat di cegah denagn tambahan
ilmu.
2.
Tujuan umum
Sebagai kewajiaban untuk melengkapai dan menjalankan tugas dari
ibu dosen mikrobiologi dan parasitologi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PENYAKIT MENULAR SEKSUAL (PMS)
Penyakit Menular Seksual merupakan penyakit yang ditularkan melalui
hubungan seksualitas. PMS akan lebih beresiko jika Anda melakukan hubungan
seksual dengan berganti-ganti pasangan baik melalui alat kelamin, oral maupun
anal. Bila tidak ditangani secara tepat, infeksi pada alat reproduksi ini dapat
menjalar dan menyebabkan sakit berkepanjangan, kemandulan, bahkan kematian.
Penyakit menular seksual, atau PMS adalah berbagai infeksi
yang dapat menular dari satu orang ke orang yang lain melalui kontak
seksual. Menurut the Centers for Disease Control (CDC) terdapat lebih
dari 15 juta kasus PMS dilaporkan per tahun. Kelompok remaja dan dewasa
muda (15-24 tahun) adalah kelompok umur yang memiliki risiko paling tinggi
untuk tertular PMS, 3 juta kasus baru tiap tahun adalah dari kelompok ini.
Hampir seluruh PMS dapat diobati.
Namun, bahkan PMS yang mudah diobati seperti gonore telah menjadi resisten
terhadap berbagai antibiotik generasi lama. PMS lain, seperti herpes,
AIDS, dan kutil kelamin, seluruhnya adalah PMS yang disebabkan oleh virus,
belum dapat disembuhkan. Beberapa dari infeksi tersebut sangat tidak
mengenakkan, sementara yang lainnya bahkan dapat mematikan. Sifilis,
AIDS, kutil kelamin, herpes, hepatitis, dan bahkan gonore seluruhnya sudah
pernah dikenal sebagai penyebab kematian. Beberapa PMS dapat berlanjut
pada berbagai kondisi seperti Penyakit Radang Panggul (PRP), kanker serviks dan
berbagai komplikasi kehamilan. Sehingga, pendidikan mengenai penyakit ini
dan upaya-upaya pencegahan penting untuk dilakukan.
Penting untuk diperhatikan bahwa kontak
seksual tidak hanya hubungan seksual melalui alat kelamin. Kontak seksual
juga meliputi ciuman, kontak oral-genital, dan pemakaian “mainan seksual”,
seperti vibrator. Sebetulnya, tidak ada kontak seksual yang dapat
benar-benar disebut sebagai “seks aman” . Satu-satunya yang betul-betul
“seks aman” adalah abstinensia. Hubungan seks dalam konteks
hubungan monogamy di mana kedua individu bebas dari IMS juga dianggap
“aman”. Kebanyakan orang menganggap berciuman sebagai aktifitas yang
aman. Sayangnya, sifilis, herpes dan penyakit-penyakit lain dapat menular
lewat aktifitas yang nampaknya tidak berbahaya ini. Semua bentuk lain
kontak seksual juga berisiko. Kondom umumnya dianggap merupakan
perlindungan terhadap IMS. Kondom sangat berguna dalam mencegah beberapa
penyakit seperti HIV dan gonore. Namun kondom kurang efektif dalam
mencegah herpes, trikomoniasis dan klamidia. Kondom memberi proteksi kecil
terhadap penularan HPV, yang merupakan penyebab kutil kelamin.
Beberapa
penyakit menular seksual:
1. Gonorea/kencing
nanah
2. Sifilis/raja
singa
3. Trikonomiasis
4. Ulkus Mole (Chancroid)
5. Klamidia
6. HIV-AIDS
7. Herpes
8. Kutil Genitalis (Kondiloma Akuminata)
9. Hepatitis B
(HBV)
1.
Gonorea/kencing
nanah
Tipe: Bakterial (Neisseria gonnorhoeae)
Cara penularan: Hubungan seks vaginal, anal dan oral.
Gejala: Walaupun
beberapa kasus tidak menunjukkan gejala, jika gejala muncul, sering hanya
ringan dan muncul dalam 2-10 hari setelah terpapar. Gejala-gejala
meliputi discharge dari penis, vagina, atau
rektum dan rasa panas atau gatal saat buang air kecil. Penyakit ini bisa
menyebar melalui aliran darah ke bagian tubuh lainnya, terutama kulit dan
persendian.
Pengobatan: Infeksi dapat disembuhkan dengan
antibiotik. Namun tidak dapat menghilangkan kerusakan yang timbul
sebelum pengobatan dilakukan.
1. Pada masa kehamilan, berikan antibiotika seperti : a) Ampisilin 2 gram IV dosis awal,
lanjutkan dengan 3 x 1 gram per oral selama 7 hari. b) Ampisilin + Sulbaktan
2,25 gram oral dosis tunggal. c) Spektinomisin 2 gram IM dosis tunggal. d)
Seftriakson 500 mg IM dosis tunggal.
2. Masa nifas, berikan antibiotika seperti : a) Xiprofloksasin 1 gram dosis tunggal. b)
Trimethroprim + Sulfamethoksazol (160 mg + 800 mg) 5 kaplet dosis tunggal.
3. Oftalmia neonatorum (konjungtivitis) : a) Garamisin
tetes mata 3 x 2 tetes. b) Antibiotika – Ampisilin 50 mg/ kgBB IM selama 7 hari; Amoksisilin
+ asam klamtanat 50 mg/ kgBB IM selama 7 hari; Seftriakson 50 mg/ kgBB IM dosis
tunggal.
6. Buat jadual kunjungan ulang dan pastikan pasangan & pasien akan menyelesaikan
pengobatan hingga tuntas.
Komlikasi
terhadap orang yang terinfeksi:
1. Lelaki – prostatitis (radang kelenjar
prostat), adanya jaringan parut pada saluran kencing (urethra), mandul/
infertil, peradangan epididimis,
2. Perempuan – PID, infertil, gangguanmenstruasi kronis, peradangan selaput lendir rahim setelah melahirkan (post partumendometriosis), abortus, cistitis (peradangan kandung kencing).
Konsekuensi yang mungkin timbul pada orang
yang terinfeksi: Pada
perempuan jika tidak diobati, penyakit ini merupakan penyebab utama Penyakit
Radang Panggul, yang kemudian dapat menyebabkan kehamilan ektopik, kemandulan
dan nyeri panggul kronis. Dapat menyebabkan kemandulan pada pria.
Gonore yang tidak diobati dapat menginfeksi sendi, katup jantung dan/atau otak.
Gonore dapat menyebabkan kebutaan dan
penyakit sistemik seperti meningitis dan arthritis sepsis pada bayi yang
terinfkesi pada proses persalinan. Untuk mencegah kebutaan, semua bayi
yang lahir di rumah sakit biasanya diberi tetesan mata untuk pengobatan gonore.
2.
Sifilis/Raja
Singa
Tipe: Bakterial (Treponema pallidum)
Cara Penularan: Cara penularan yang paling umum adalah
hubungan seks vaginal, anal atau oral. Namun, penyakit ini juga dapat
ditularkan melalui hubungan non-seksual jika ulkus atau lapisan mukosa yang
disebabkan oleh sifilis kontak dengan lapisan kulit yang tidak utuh dengan
orang yang tidak terinfeksi.
Gejala-gejala: berlangsung 3-4 minggu, terkadang sampai 13 minggu.
Setelah itu akan timbul benjolan di sekitar alat kelamin, kadang disertai
pusing dan nyeri tulang seperti flu serta hilang sendiri tanpa diobati. Bercak kemerahan
pada tubuh juga akan muncul sekitar 6-12 minggu setelah berhubungan seks.
Seringkali penderita tidak memperhatikan hal ini dan gejala ini akan hilang
dengan sendirinya.
Pada fase awal, penyakit ini menimbulkan luka
yang tidak terasa sakit atau “chancres” yang biasanya muncul di daerah kelamin
tetapi dapat juga muncul di bagian tubuh yang lain, jika tidak diobati penyakit
akan berkembang ke fase berikutnya yang dapat meliputi adanya gejala ruam
kulit, demam, luka pada tenggorokan, rambut rontok dan pembengkakan kelenjar di
seluruh tubuh.
Pengobatan: Penyakit ini dapat diobati dengan penisilin;
namun, kerusakan pada organ tubuh yang telah terjadi tidak dapat diperbaiki.
Konsekuensi yang Mungkin Terjadi pada Orang
yang Terinfeksi: Jika tidak
diobati, sifilis dapat menyebabkan kerusakan serius pada hati, otak, mata,
sistem saraf, tulang dan sendi dan dapat menyebabkan kematian. Seorang
yang sedang menderita sifilis aktif risikonya untuk terinfeksi HIV jika
terpapar virus tersebut akan meningkat karena luka (chancres) merupakan pintu
masuk bagi virus HIV.
Konsekuensi yang Mungkin Terjadi pada Janin
dan Bayi: Jika tidak
diobati, seorang ibu hamil yang terinfeksi sifilis akan menularkan penyakit
tersebut pada janin yang dikandungnya. Janin meninggal di dalam dan
meninggal pada periode neonatus terjadi pada sekitar 25% dari kasus-kasus
ini. 40-70% melahirkan bayi dengan sifilis aktif. Jika tidak
terdeteksi, kerusakan dapat terjadi pada jantung, otak dan mata bayi.
Penyebab : Disebabkan oleh protozoa Trichomonas vaginalis.
Prevalensi: Trikomoniasis adalah PMS yang dapat diobati
yang paling banyak terjadi pada perempuan muda dan aktif seksual.
Diperkirakan, 5 juta kasus baru terjadi pada perempuan dan laki-laki.
Cara Penularan: Trikomoniasis menular melalui kontak
seksual. Trichomonas vaginalis dapat bertahan hidup pada benda-benda seperti
baju-baju yang dicuci, dan dapat menular dengan pinjam meminjam pakaian
tersebut.
Gejala-gejala: Pada perempuan biasa terjadi keputihan yang
banyak, berbusa, dan berwarna kuning-hijau. Kesulitan atau rasa sakit
pada saat buang air kecil dan atau saat berhubungan seksual juga sering
terjadi. Mungkin terdapat juga nyeri vagina dan gatal atau mungkin tidak
ada gejala sama sekali. Pada laki-laki mungkin akan terjadi radang pada
saluran kencing, kelenjar, atau kulup dan atau luka pada penis, namun pada
laki-laki umumnya tidak ada gejala.
Pengobatan: Penyakit ini dapat disembuhkan.
Pasangan seks juga harus diobati.
Konsekuensi yang Mungkin Terjadi pada Orang
yang Terinfeksi: Radang pada
alat kelamin pada perempuan yang terinfeksi trikomoniasis mungkin juga akan
meningkatkan risiko untuk terinfeksi HIV jika terpapar dengan virus
tersebut. Adanya trikomoniasis pada perempuan yang juga terinfeksi HIV
akan meningkatkan risiko penularan HIV pada pasangan seksualnya.
Konsekuensi yang Mungkin Terjadi pada Janin
dan Bayi:
Trikomoniasis pada perempuan hamil dapat menyebabkan ketuban pecah dini dan
kelahiran prematur.
4.
Ulkus Mole (Chancroid)
Tipe: Bakterial (Hemophilus ducreyi)
Gejala-gejala : Luka lebih dari diameter 2 cm, cekung, pinggirnya tidak teratur, keluar nanah dan rasa nyeri; Biasanya hanya pada salah satu sisi alat kelamin. Sering (50%) disertai pembengkakan kelenjar getah bening di lipat paha berwarna kemerahan (bubo) yang bila pecah akan bernanah dan nyeri.
Komplikasi yang mungkin terjadi : kematian janin pada ibu hamil yang tertular, memudahkan penularan infeksi HIV.
5. Klamidia
Tipe: Bakterial (Chlamydia trachomatis)
Cara Penularan: Hubungan seks vaginal dan anal.
Gejala: Sampai 75% kasus pada perempuan dan 25%
kasus pada laki-laki tidak menunjukkan gejala. Gejala yang ada meliputi
keputihan yang abnormal, dan rasa nyeri saat kencing baik pada laki-laki maupun
perempuan. Perempuan juga dapat mengalami rasa nyeri pada perut bagian
bawah atau nyeri saat hubungan seksual, pada laki-laki mungkin akan mengalami
pembengkakan atau nyeri pada testis. Nyeri di rongga panggul; Perdarahan
setelah hubungan seksual.
Pengobatan: Infeksi dapat diobati dengan
antibiotik. Namun pengobatan tersebut tidak dapat menghilangkan kerusakan
yang timbul sebelum pengobatan dilakukan.
Konsekuensi yang mungkin terjadi pada orang
yang terinfeksi: Pada
perempuan, jika tidak diobati, sampai 30% akan mengalami Penyakit Radang
Panggul (PRP) yang pada gilirannya dapat menyebabkan kehamilan ektopik,
kemandulan dan nyeri panggul kronis. Pada laki-laki, jika tidak diobati,
klamidia akan menyebabkan epididymitis, yaitu sebuah peradangan pada testis (tempat
di mana sperma disimpan), yang mungkin dapat menyebabkan kemandulan.
Individu yang terinfeksi akan berisiko lebih tinggi untuk terinfeksi HIV jika
terpapar virus tersebut.
Konsekuensi yang mungkin terjadi pada janin
dan bayi baru lahir: lahir
premature, pneumonia pada bayi dan infeksi mata pada bayi baru lahir yang dapat
terjadi karena penularan penyakit ini saat proses persalinan.
6.
HIV-AIDS
Tipe: Viral (Human Immunodeficiency Virus)
Cara Penularan: Hubungan seks vaginal, oral dan khususnya
anal; darah atau produk darah yang terinfeksi; memakai jarum suntik bergantian
pada pengguna narkoba; dan dari ibu yang terinfeksi kepada janin dalam
kandungannya, saat persalinan, atau saat menyusui.
Gejala-gejala: Beberapa orang tidak mengalami gejala saat
terinfeksi pertama kali. Sementara yang lainnya mengalami gejala-gejala
seperti flu, termasuk demam, kehilangan nafsu makan, berat badan turun, lemah
dan pembengkakan saluran getah bening. Gejala-gejala tersebut biasanya
menghilang dalam seminggu sampai sebulan, dan virus tetap ada dalam kondisi
tidak aktif (dormant) selama beberapa tahun. Namun, virus tersebut secara
terus menerus melemahkan sistem kekebalan, menyebabkan orang yang terinfeksi
semakin tidak dapat bertahan terhadap infeksi-infeksi oportunistik.
Pengobatan: Belum ada pengobatan untuk infeksi
ini. Obat-obat anti retroviral digunakan untuk memperpanjang hidup dan
kesehatan orang yang terinfeksi. Obat-obat lain digunakan untuk melawan
infeksi oportunistik yang juga diderita.
Konsekuensi yang Mungkin Terjadi pada Orang
yang Terinfeksi: Hampir
semua orang yang terinfeksi HIV akhirnya akan menjadi AIDS dan meninggal karena
komplikasi-komplikasi yang berhubungan dengan AIDS.
Konsekuensi yang Mungkin Terjadi pada Janin
dan Bayi: 20-30% dari
bayi yang lahir dari ibu yang terinfeksi HIV akan terinfeksi HIV juga dan
gejala-gejala dari AIDS akan muncul dalam satu tahun pertama kelahiran.
20% dari bayi-bayi yang terinfeksi tersebut akan meninggal pada saat berusia 18
bulan. Obat antiretroviral yang diberikan pada saat hamil dapat
menurunkan risiko janin untuk terinfeksi HIV dalam proporsi yang cukup besar.
7.
Herpes
Tipe: Viral (virus Varicella zoster dan herpes
simplex virus )
Cara Penularan: Herpes menyebar
melalui kontak seksual antar kulit dengan bagian-bagian tubuh yang terinfeksi
saat melakukan hubungan seks vaginal, anal atau oral, Juga melalui seperti : alat-alat tidur, pakaian, handuk, dll, secara bergantia. Virus
sejenis dengan strain lain yaitu Herpes Simplex Tipe 1 (HSV-1) umumnya menular
lewat kontak non-seksual dan umumnya menyebabkan luka di bibir. Namun,
HSV-1 dapat juga menular lewat hubungan seks oral dan dapat menyebabkan infeksi
alat kelamin.Saat ini dikenal dua macam herpes yakni herpes zoster
dan herpes simpleks. Kedua herpes ini berasal dari virus yang berbeda. Herpes
zoster disebabkan oleh virus Varicella zoster. Zoster tumbuh dalam bentuk ruam
memanjang pada bagian tubuh kanan atau kiri saja. Jenis yang kedua adalah
herpes simpleks, yang disebabkan oleh herpes simplex virus (HSV). HSV sendiri
dibedakan menjadi dua jenis, yaitu HSV-1 yang umumnya menyerang bagian badan
dari pinggang ke atas sampai di sekitar mulut (herpes simpleks labialis), dan
HSV-2 yang menyerang bagian pinggang ke bawah. Sebagian besar herpes genitalis
disebabkan oleh HSV-2, walaupun ada juga yang disebabkan oleh HSV-1 yang
terjadi akibat adanya hubungan kelamin secara orogenital, atau yang dalam
bahasa sehari-hari disebut dengan oral seks, serta penularan melalui tangan.
Gejala-gejala: Gejala-gejala biasanya sangat ringan dan
mungkin meliputi rasa gatal atau terbakar; rasa nyeri di kaki, pantat atau
daerah kelamin; atau keputihan. Bintil-bintil berair atau luka terbuka
yang terasa nyeri juga mungkin terjadi, biasanya di daerah kelamin, pantat,
anus dan paha, walaupun dapat juga terjadi di bagian tubuh yang lain.
Luka-luka tersebut akan sembuh dalam beberapa minggu tetapi dapat muncul
kembali.
Pengobatan: Belum ada pengobatan untuk penyakit
ini. Obat anti virus biasanya efektif dalam mengurangi frekuensi dan
durasi (lamanya) timbul gejala karena infeksi HSV-2.
Konsekuensi yang Mungkin Terjadi pada Orang
yang Terinfeksi: Orang yang
terinfeksi dan memiliki luka akan meningkat risikonya untuk terinfeksi HIV jika
terpapar sebab luka tersebut menjadi jalan masuk virus HIV.
Konsekuensi yang Mungkin Terjadi pada Janin
dan Bayi: Perempuan
yang mengalami episode pertama dari herpes genital pada saat hamil akan
memiliki risiko yang lebih tinggi untuk terjadinya kelahiran prematur.
Kejadian akut pada masa persalinan merupakan indikasi untuk dilakukannya
persalinan dengan operasi cesar sebab infeksi yang mengenai bayi yang baru
lahir akan dapat menyebabkan kematian atau kerusakan otak yang serius.
8.
Kutil
Genitalis (Kondiloma Akuminata)
Tipe: Viral (Human Papiloma Virus)
Cara Penularan: Hubungan seksual vaginal, anal atau oral.
Gejala-gejala: Tonjolan yang tidak sakit, kutil yang
menyerupai bunga kol tumbuh di dalam atau pada kelamin, anus dan tenggorokan.
Pengobatan: Tidak ada pengobatan untuk penyakit
ini. Kutil dapat dihilangkan dengan cara-cara kimia, pembekuan, terapi
laser atau bedah.
Konsekuensi yang Mungkin Terjadi pada Orang
yang Terinfeksi: HPV adalah
virus yang menyebabkan kutil kelamin. Beberapa strains dari virus ini
berhubungan kuat dengan kanker serviks sebagaimana halnya juga dengan kanker
vulva, vagina, penis dan anus. Pada kenyataannya 90% penyebab kanker
serviks adalah virus HPV. Kanker serviks ini menyebabkan kematian 5.000
perempuan Amerika setiap tahunnya.
Konsekuensi yang Mungkin Terjadi pada Janin
dan Bayi: Pada
bayi-bayi yang terinfeksi virus ini pada proses persalinan dapat tumbuh kutil
pada tenggorokannya yang dapat menyumbat jalan nafas sehingga kutil tersebut
harus dikeluarkan.
9.
Hepatitis B
(HBV)
Tipe: Viral
Cara Penularan: Hubungan seks vaginal, oral dan khususnya
anal; memakai jarum suntik bergantian; perlukaan kulit karena alat-alat medis
dan kedokteran gigi; melalui transfusi darah.
Gejala: Sekitar sepertiga penderita HBV tidak
menunjukkan gejala. Gejala yang muncul meliputi demam, sakit kepala,
nyeri otot, lemah, kehilangan nafsu makan, muntah dan diare.
Gejala-gejala yang ditimbulkan karena gangguan di hati meliputi air kencing
berwarna gelap, nyeri perut, kulit menguning dan mata pucat.
Pengobatan: Belum ada pengobatan. Kebanyakan
infeksi bersih dengan sendirinya dalam 4-8 minggu. Beberapa orang menjadi
terinfeksi secara kronis.
Konsekuensi yang mungkin timbul pada orang
yang terinfeksi: Untuk
orang-orang yang terinfeksi secara kronis, penyakit ini dapat berkembang menjadi
cirrhosis, kanker hati dan kerusakan sistem kekebalan.
Konsekuensi yang mungkin timbul pada janin
dan bayi baru lahir: Perempuan
hamil dapat menularkan penyakit ini pada janin yang dikandungnya. 90%
bayi yang terinfeksi pada saat lahir menjadi karier kronik dan berisiko untuk
tejadinya penyakit hati dan kanker hati. Mereka juga dapat menularkan
virus tersebut. Bayi dari seorang ibu yang terinfeksi dapat diberi
immunoglobulin dan divaksinasi pada saat lahir, ini berpotensi untuk
menghilangkan risiko infeksi kronis.
B.
AKIBAT YANG
DISEBABKAN OLEH PMS:
·
Kemandulan pada pria maupun wanita yang disebabkan
oleh penyebaran infeksi pada alat kelamin bagian dalam seperti gonore,
klamidia.
·
Menyebabkan kematian, seperti: sifilis, hepatitis B/C,
dan AIDS
·
Menyebabkan penyakit kanker (kanker leher rahim) dan
penyakit yang selalu kambuh, seperrti: herpes genitalis, kondiloma akuminata
(jengger ayam)
·
Khusus pada wanita hamil yang mengidap IMS tertentu
bisa menularkan pada bayi yang mengakibatkan lahir cacat, lahir muda, dan lahir
mati.
C. METODE PENULARAN PMS
1. Seks tanpa pelindung
Meski kondom tidak seratus persen melindungi Anda, ia tetap merupakan cara terbaik untuk menghindarkan Anda dari infeksi. Penggunaan kondom dapat menurunkan laju penularan PMS. Selain selibat, penggunaan kondom yang konsisten adalah proteksi terbaik terhadap PMS. Biasakanlah memakai kondom.
Meski kondom tidak seratus persen melindungi Anda, ia tetap merupakan cara terbaik untuk menghindarkan Anda dari infeksi. Penggunaan kondom dapat menurunkan laju penularan PMS. Selain selibat, penggunaan kondom yang konsisten adalah proteksi terbaik terhadap PMS. Biasakanlah memakai kondom.
2. Berganti-ganti pasangan
Anda tidak perlu belajar matematika untuk mengetahui bahwa semakin banyak pasangan seksual Anda, kian besar kemungkinan Anda terekspos suatu PMS. Apalagi, orang yang suka berganti pasangan cenderung memilih pasangan yang suka berganti pasangan pula. Jadi, Anda tidak lepas dari pasangan-pasangannya pasangan Anda.
Anda tidak perlu belajar matematika untuk mengetahui bahwa semakin banyak pasangan seksual Anda, kian besar kemungkinan Anda terekspos suatu PMS. Apalagi, orang yang suka berganti pasangan cenderung memilih pasangan yang suka berganti pasangan pula. Jadi, Anda tidak lepas dari pasangan-pasangannya pasangan Anda.
3. Mulai aktif secara seksual pada usia dini
Kaum muda lebih besar kemungkinannya untuk terkena PMS daripada orang yang lebih tua. Ada beberapa alasannya, yaitu wanita muda khususnya lebih rentan terhadap PMS karena tubuh mereka lebih kecil dan belum berkembang sempurna sehingga lebih mudah terinfeksi. Kaum muda juga tampaknya lebih jarang pakai kondom, terlibat perilaku seksual beresiko dan berganti-ganti pasangan.
Kaum muda lebih besar kemungkinannya untuk terkena PMS daripada orang yang lebih tua. Ada beberapa alasannya, yaitu wanita muda khususnya lebih rentan terhadap PMS karena tubuh mereka lebih kecil dan belum berkembang sempurna sehingga lebih mudah terinfeksi. Kaum muda juga tampaknya lebih jarang pakai kondom, terlibat perilaku seksual beresiko dan berganti-ganti pasangan.
4. Pengggunaan alkohol
Konsumsi alkohol dapat berpengaruh terhadap kesehatan seksual. Orang yang biasa minum alkohol bisa jadi kurang selektif memilih pasangan seksual dan menurunkan batasan. Alkohol dapat membuat seseorang sukar memakai kondom dengan benar maupun sulit meminta pasangannya menggunakan kondom.
Konsumsi alkohol dapat berpengaruh terhadap kesehatan seksual. Orang yang biasa minum alkohol bisa jadi kurang selektif memilih pasangan seksual dan menurunkan batasan. Alkohol dapat membuat seseorang sukar memakai kondom dengan benar maupun sulit meminta pasangannya menggunakan kondom.
5. Penyalahgunaan obat
Prinsipnya mirip dengan alkohol, orang yang berhubungan seksual di bawah pengaruh obat lebih besar kemungkinannya melakukan perilaku seksual beresiko/tanpa pelindung. Pemakaian obat terlarang juga memudahkan orang lain memaksa seseorang melakukan perilaku seksual yang dalam keadaan sadar tidak akan dilakukan. Penggunaan obat dengan jarum suntik diasosiasikan dengan peningkatan resiko penularan penyakit lewat darah, seperti hepatitis dan HIV, yang juga bisa ditransmisikan lewat seks.
Prinsipnya mirip dengan alkohol, orang yang berhubungan seksual di bawah pengaruh obat lebih besar kemungkinannya melakukan perilaku seksual beresiko/tanpa pelindung. Pemakaian obat terlarang juga memudahkan orang lain memaksa seseorang melakukan perilaku seksual yang dalam keadaan sadar tidak akan dilakukan. Penggunaan obat dengan jarum suntik diasosiasikan dengan peningkatan resiko penularan penyakit lewat darah, seperti hepatitis dan HIV, yang juga bisa ditransmisikan lewat seks.
6. Seks untuk uang/obat
Orang yang menjual seks untuk mendapatkan sesuatu posisi tawarnya rendah sehingga sulit baginya untuk menegosiasikan hubungan seksual yang aman. Kemudian, pasangan (pembeli jasa) memiliki resiko terinfeksi PMS yang lebih besar. Jadi, baik pembeli maupun penjual sama-sama dirugikan.
Orang yang menjual seks untuk mendapatkan sesuatu posisi tawarnya rendah sehingga sulit baginya untuk menegosiasikan hubungan seksual yang aman. Kemudian, pasangan (pembeli jasa) memiliki resiko terinfeksi PMS yang lebih besar. Jadi, baik pembeli maupun penjual sama-sama dirugikan.
7. Hidup di masyarakat yang prevalensi
PMS-nya tinggi
Ketika seseorang tinggal di tengah komunitas dengan prevalensi PMS yang tinggi, ketika berhubungan seksual (dengan orang di komunitas itu) ia lebih rentan terinfeksi PMS.
Ketika seseorang tinggal di tengah komunitas dengan prevalensi PMS yang tinggi, ketika berhubungan seksual (dengan orang di komunitas itu) ia lebih rentan terinfeksi PMS.
8. Monogami serial
Monogami serial adalah mengencani/menikahi satu orang saja pada suatu masa, tapi kalau diakumulasi jumlah orang yang dikencani/dinikahi juga banyak. Contoh gampangnya (yang juga banyak terjadi di masyarakat kita) adalah orang yang doyan kawin-cerai. Perilaku begini juga berbahaya, sebab orang yang mempraktekkan monogami serial berpikir bahwa mereka saat itu memiliki hubungan eksklusif sehingga akan tergoda untuk berhenti menggunakan pelindung ketika berhubungan seksual. Sebenarnya monogami memang efektif mencegah PMS, tapi hanya pada monogami jangka panjang yang kedua pasangan sudah dites kesehatan reproduksi.
Monogami serial adalah mengencani/menikahi satu orang saja pada suatu masa, tapi kalau diakumulasi jumlah orang yang dikencani/dinikahi juga banyak. Contoh gampangnya (yang juga banyak terjadi di masyarakat kita) adalah orang yang doyan kawin-cerai. Perilaku begini juga berbahaya, sebab orang yang mempraktekkan monogami serial berpikir bahwa mereka saat itu memiliki hubungan eksklusif sehingga akan tergoda untuk berhenti menggunakan pelindung ketika berhubungan seksual. Sebenarnya monogami memang efektif mencegah PMS, tapi hanya pada monogami jangka panjang yang kedua pasangan sudah dites kesehatan reproduksi.
9. Sudah terkena suatu PMS
Kalau Anda sudah pernah
berkenalan langsung dengan suatu PMS (apalagi sering), Anda lebih rentan
terinfeksi PMS jenis lainnya. Iritasi atau lepuh pada kulit yang terinfeksi
dapat menjadi jalan masuk patogen lain untuk menginfeksi. Karena Anda sudah
pernah terinfeksi sekali, bisa jadi ada faktor tertentu dalam gaya hidup Anda
yang beresiko.
10. Cuma pakai pil KB untuk
kontrasepsi
Kadang orang lebih menghindari
kehamilan daripada PMS sehingga mereka memilih pil KB sebagai alat kontrasepsi
utama. Karena sudah merasa terhindar dari kehamilan, mereka enggan memakai kondom.
Ini bisa terjadi ketika orang tidak ingin menuduh pasangannya berpenyakit
(sehingga perlu disuruh pakai kondom) atau memang tidak suka pakai kondom dan
menjadikan pil KB sebagai alasan. Yang jelas, perlindungan ganda (pil KB dan
kondom) adalah pilihan terbaik…meski tidak semua orang melakukannya.
Prinsip utama dari pengendalian Penyakit
Menular Seksual secara prinsip ada dua, yaitu:
·
Memutuskan rantai penularan infeksi PMS
·
Mencegah berkembangnya PMS serta komplikasi-komplikasinya.
Dengan
pencegahan secara tepat dan penganan secara dini PMS bisa ditangani dengan
lebih baik. Yang penting sekali diingat adalah bentuk-bentuk gejala awal yang
menjadi pertanda PMS, diantaranya :
a.
benjolan atau lecet di sekitar alat kelamin
b.
gatal atau sakit di sekitar alat kelamin
c. bengkak atau
merah di sekitar lat kelamin
d. rasa sakit
atau terbakar saat buang air kecil
e. buang air
kecil lebih sering dari biasanya
f. demam,
lemah, kulit menguning dan rasa nyeri sekujur tubuh
g. kehilangan
berat badan, diare dan keringat malam hari
h. keluar
cairan dari alat vital yang tidak biasa, berbau dan gatal
i. pada wanita
keluar darah di luar masa menstruasi dll
Bila merasakan gejala-gejala seperti di atas,
sebaiknya perlu diwaspadai kemungkinan-kemungkinan adanya infeksi kuman PMS.
Pencegahan yang bisa dilakukan antara lain :
·
tidak melakukan hubungan seks· tidak berganti-ganti pasangan·
menggunakan
kondom setiap hubungan seks
·
menghindari transfusi darah dengan donor yang tidak jelas
asal-usulnya
·
kebiasaan menggunakan alat kedokteran maupun non medis yang steril
Yang lebih penting dari semua itu adalah
menjaga nilai-nilai moral, agama, nilai etika dan norma kehidupan bermasyarakat
karena dengan moral dan etika yang baik kita akan terhindar dari gangguan atau
penyakit yang akan membawa kita dalam masalah serius.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Gambaran Penyebaran Penyakit Menular Seksual di Kalangan
Mahasiswa
Mahasiswa
adalah setiap orang yang secara resmi terdaftar untuk mengikuti pelajaran di
perguruan tinggi dengan batas usia sekitar 18-30 tahun. WHO mendefinisikan remaja adalah mereka
dengan rentan usia 18-24 tahun, sementara yang berumur di bawah umur 18 tahun
menurut PBB masih tergololong anak-anak.
International Planned Parenthood Federation (IPPF/PKBI), mendefinisikan remaja
dengan rentang usia 10-24 tahun (Youth Manifesto, IPPF, 1998). Batasan ini
mengacu pada rentang usia di mana perubahan-perubahan psikis dan fisik manusia
mulai muncul. Perubahan fisik usia puber akan disertai dengan perubahan
psikologis dimunculkan oleh sekresi hormon seks. Pada remaja putra maupun
remaja putri, hormon-hormon ini merangsang minat seksual. Meningkatnya kadar
hormon jantan (testosteron) akan membuat remaja pria lebih agresif dan
bersemangat untuk mencoba hal-hal yang baru.
Mahasiswa
pada usia 18-24 tahun merupakan masa puber
yang
mengalami perubahan biologis dan
memiliki kecenderungan ingin mencoba berbagai hal baru yang berkembang di
lingkungannya, contohnya seperti hubungan seksual. Tidak sedikit mahasiswa di
Jayapura yang telah
berpacaran. Dalam hubungannya dengan penyebaran
Penyakit Menular Seksual pacaran memiliki peran penting. Karena hubungan seksual dalam berpacaran memiliki tingkatan
seperti tangga-tangga, antara lain :
1. Memperhatikan
Penampilan
Melalui penampilan seseorang, kita dapat mengetahui jenis
kelamin, perkiraan umur, tinggi badan dan berat badan.
2. Berpandangan
Ketika berpandangan maka
akan timbul perasaan tertarik antara lawan jenis.
3. Berbincang-bincang
Dengan berbincang-bincang maka kita mulai saling
mengenal, Ini merupakan tahap awal dari
hubungan pertemanan.
4. Bergandengan
tangan
Pada tahap ini mulai tercipta suatu hubungan yang lebih
dari sebatas teman.
5. Berpelukan
Tahap hubungan ini mulai menujukkan perasaan
masing-masing.
6. Berpelukan
dengan tangan di pinggang
Hal ini merupakan hubungan romantis dan sudah disebut
sebagai pacar yang dapat dijadikan sebagai teman cerita untuk berbagi rahasia.
7. Mencium
pipi
Tahap ini, kita semakin dekat dan mulai mengenal bahasa
tubuh dan pribadi masing-masing.
8. Mencium
bibir
Timbulnya keinginan seksual dan menjadi faktor yang pasti
dalam hubungan atau suatu ikatan yang merangsang secara seksual.
9. Bercumbu
dengan busana
Adanya keinginan seksual atau rangsangan seksual tanpa
memikirkannya terlebih dahulu.
10. Bercumbu
tanpa busana
Tahap ini seharusnya dilakukan ketika sudah menikah.
11. Bersentuhan
Kelamin
Masih ragu melakukan hubungan seksual
12. Berhubungan
seksual
Melakukan hubungan seksual yang memungkinkan terjadinya
penularan PMS
Tidak sedikit mahasiswa yang menjadi seorang penular PMS atau yang menjadi korban karena berpacaran. Namun tidak semua hubungan berpacaran
memiliki dampak yaitu hubungan seksual. Ada terdapat hubungan pacaran yang
menimbulkan respon positif bagi sepasang pasangan tersebut, contohnya seperti
semangat belajar, berpenampilan lebih rapi, saling memotivasi, saling membantu
dan berbagai hal positif lainnya.
Terdapat beberapa faktor yang mendukung terjadinya
hubungan seksual dalam berpacaran sehingga memungkinkan semakin
meluasnya penyebaran Penyakit Menular Seksual di kalangan
mahasiswa di Jayapura, antara lain:
a.
Lamanya menjalin hubungan
Hubungan yang berlangsung lama akan membuat perasaan
saling memiliki antara kedua pasangan yang sedang menjalin hubungan tersebut.
Tidak hanya sepasang pasangan tersebut melainkan juga antara keluarga setiap
pasangan. Sehingga tidak heran banyak mahasiswa yang melakukan hubungan seksual
di luar pernikahan dengan pasanganya tanpa memikirkan dampak terjadinya PMS
pada dirinya sendiri dan masa depan dirinya sendiri.
b.
Takut Kehilangan
Jika sepasang kekasih menjalin hubungan dan satu pihak
memiliki perasaan yang berlebihan dalam mengasihi pasangannya dan tidak ingin
melepaskan pasangannya. Hal ini memungkinkan hubungan yang tidak berdasarkan
akal sehat. Salah satu pihak cenderung takut kehilangan sehingga rela
memberikan apapun yang diinginkan pasangannya. Tidak cukup berupa materi
melainkan juga memberikan kesuciannya tanpa berpikir panjang.
c.
Tempat Berpacaran
Saat menjalin hubungan berpacaran banyak pasangan yang
sering menghabiskan malam minggu bersama. Pemilihan tempat berpacaran cenderung
sangat berperan penting dalam mempertahankan hubungan yang benar. Jika memilih
tempat berpacaran seperti rumah sewa, kamar sewa, dan tempat-tempat yang sepi
maka tidak menutup kemungkinan banyak hubungan berpacaran yang menuju pada
hubungan seksual. Apalagi jika tanpa sepengetahuan pasangannya salah satu pihak
sedang terjangkit PMS. Penyakit tersebut akan menular dan penyesalan akan
menjadi sangat terlambat.
d.
Jauh dari Pengawasan Keluarga
Hubungan yang dijalani tanpa sepengetahuan orang tua
tentunya merupakan hubungan yang salah. Tidak sedikit mahasiswa yang tinggal
jauh dari orang tua dan menjalin hubungan tanpa sepengetahuan dari orang tua
atau keluarga terdekat. Padahal bisa saja hubungan yang dijalani adalah dengan
pihak yang sedang terjangkit PMS. PMS tidak hanya menular dari hubungan seksual
tapi juga dari berciuman. Maka perhatian orang tua dalam menjalin hubungan
dengan orang lain merupakan hal yang wajib.
B. Faktor Resiko Kejadian PMS Pada Komunitas Mahasiswa
Beberapa
faktor yang menunjang penyebaran penyakit seksual melalui hubungan seksual pada
komunitas mahasiswa, adalah:
1. Pergaulan
Pergaulan yang buruk merusak
kebiasaan yang baik. Jika memilih teman yang memiliki kebisaan suka melakukan hubungan
seksual, narkoba, ganja, dan berbagai kebiasaan buruk lainnya, tentu saja
memungkinkan mahasiswa yang sedang menjalin hubungan menganggap remeh tentang
penyebaran penyakit seksual yang sedang beredar di Jayapura ini.
2. Tinggal Di
Rumah/ Kamar sewa
Sebagian besar mahasiswa di Jayapura tinggal
di rumah sewa atau kamar sewa. Tidak sedikit rumah sewa atau kamar sewa yang
bebas aturan. Maka mudah bagi tempat-tempat tersebut menjadi sarang penyebaran
penyakit seksual bahkan narkotika.
3. Kurang
Kesadaran Diri
Kurangnya kesadaran diri dari masing-masing
mahasiswa akan kewajibannya, tanggungjawabnya dan masa depannya dapat
menyebabkan berbagai hal. Salah satu contonya, misalkan saja mahasiwa kurang
menyadari kewajibannya berkuliah. Mahasiswa tersebut tentu memiliki banyak
waktu kosang atau menghabiskan waktu dengan hal-hal yang tidak penting seperti
berkumpul dengan teman-teman, pergi ke tempat lain untuk mencari hiburan atau
menghabiskan waktu berduaan dengan berpacaran. Hal ini tentu saja menjadi
faktor pemicu hubungan seksual dan penularan PMS di kalangan mahasiswa.
4. Tuntutan
Kebutuhan
Tanpa kita sadari di lingkungan perkuliahan
ini, banyak terdapat mahasiswa yang tidak mampu. Lalu mereka meminta bantuan
teman atau berbagi curahan hati kepada teman terdekat. Jika salah berbagi
masalah, mahasiswa akan dihadapkan dengan dunia malam untuk mendapatkan biaya
unutk memenuhi kebutuhannya. Apalagi tawaran yang ditawarkan tidak sedikit tapi
dalam jumlah yang besar. Sehingga mahasiswa mulai menjadi pekerja seks dan menjadi
salah satu perantara PMS.
5. Media
Jayapura saat ini sudah mulai mengalami
perkembangan teknologi, seperti internet. Mudah bagi mahasiswa untuk mengakses
gambar-gambar dan video pornografi. Hal ini menyebabkan rasa keingintahuan
dalam bentuk praktek dengan sesama ataupun sejenisnya. Maka madia menjadi salah
satu faktor penyebar PMS.
DAFTAR
PUSTAKA
http://ismorosiyadi.blogspot.com/2011/12/jenis-jenis-penyakit-menular-seksual.html
http://www.lusa.web.id/penyakit-menular-seksual/
http://marhamah123.wordpress.com/2011/03/27/macam-macam-penyakit-menular-seksual-dan-cara-menanggulanginya/
sumber:
http://jekethek.blogspot.com/2010/06/tips-mendeteksi-penyakit-seksual.html
1 comments:
Obat herbal Dr. imoloa yang hebat adalah obat penyembuhan yang sempurna untuk Virus HIV, saya mendiagnosis HIV selama 8 tahun, dan setiap hari saya selalu mencari penelitian untuk mencari cara sempurna untuk menghilangkan penyakit mengerikan ini karena saya selalu tahu bahwa apa yang kita butuhkan karena kesehatan kita ada di bumi. Jadi, pada pencarian saya di internet saya melihat beberapa kesaksian berbeda tentang bagaimana Dr. imoloa dapat menyembuhkan HIV dengan obat herbal yang kuat. Saya memutuskan untuk menghubungi pria ini, saya menghubunginya untuk obat herbal yang saya terima melalui layanan kurir DHL. Dan dia membimbing saya bagaimana caranya. Saya memintanya untuk solusi minum obat herbal selama dua minggu. dan kemudian dia menginstruksikan saya untuk pergi memeriksa yang saya lakukan. lihatlah aku (HIV NEGATIF). Terima kasih Tuhan untuk dr imoloa telah menggunakan obat herbal yang kuat untuk menyembuhkanku. ia juga memiliki obat untuk penyakit seperti: penyakit parkison, kanker vagina, epilepsi, Gangguan Kecemasan, Penyakit Autoimun, Nyeri Punggung, Keseleo, Gangguan Bipolar, Tumor Otak, Ganas, Bruxisme, Bulimia, Penyakit Disk Serviks, Penyakit Kardiovaskular, Penyakit Kardiovaskular, Neoplasma, kronis penyakit pernapasan, gangguan mental dan perilaku, Cystic Fibrosis, Hipertensi, Diabetes, asma, radang sendi yang dimediasi autoimun yang dimediasi. penyakit ginjal kronis, penyakit radang sendi, sakit punggung, impotensi, spektrum alkohol feta, Gangguan Dysthymic, Eksim, kanker kulit, TBC, Sindrom Kelelahan Kronis, sembelit, penyakit radang usus, kanker tulang, kanker paru-paru, sariawan, kanker mulut, tubuh nyeri, demam, hepatitis ABC, sifilis, diare, Penyakit Huntington, jerawat punggung, gagal ginjal kronis, penyakit addison, Penyakit Kronis, Penyakit Crohn, Cystic Fibrosis, Fibromyalgia, Penyakit Radang Usus Besar, penyakit kuku jamur, Penyakit Kelumpuhan, penyakit Celia, Limfoma , Depresi Besar, Melanoma Ganas, Mania, Melorheostosis, Penyakit Meniere, Mucopolysaccharidosis, Multiple Sclerosis, Distrofi Otot, Rheumatoid Arthritis, Penyakit Alzheimer, email- drimolaherbalmademedicine@gmail.com / hubungi atau {whatssapp ..... +2347081986098. }
Post a Comment